Netanyahu: Arab dan Israel Punya Pandangan Sama Soal Nuklir Iran

Salah satu informasi rahasia AS yang dibeberkan situs WikiLeaks adalah Arab Saudi dan negara-negara Arab lainnya mengkhawatirkan program nuklir Iran. Raja Saudi, Abdullah, bahkan berulang kali mendesak pemerintah AS untuk menyerang Iran guna menghancurkan program nuklirnya.

Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu pun mengomentari hal tersebut. Netanyahu berharap hal itu bisa membangun momentum untuk menjatuhkan sanksi internasional yang lebih berat terhadap upaya nuklir Iran.

Netanyahu telah berulang kali mengatakan bahwa ancaman senjata nuklir Iran merupakan bahaya terbesar bagi wilayah Timur Tengah. Menurut pemimpin bangsa Yahudi itu, dokumen yang dibocorkan WikiLeaks membuktikan bahwa Israel dan negara-negara Arab memiliki kesamaan pandangan soal nuklir Iran.

"Ancaman terbesar bagi perdamaian berasal dari mempersenjatai rezim di Iran. Semakin banyak negara, pemerintah dan pemimpin di Timur Tengah dan lainnya di dunia yang paham bahwa ini merupakan ancaman fundamental," ujar Netanyahu pada konferensi pers di Tel Aviv seperti dilansir Washington Post, Selasa (30/11/2010).

Menurut Netanyahu, kesamaan sikap terhadap Iran bisa mendatangkan terobosan bagi wilayah Timur Tengah. "Jika para pemimpin mengatakan di depan publik apa yang mereka sampaikan secara pribadi, mungkin akan ada terobosan," tutur Netanyahu.

"Ada gap antara apa yang mereka sampaikan secara pribadi dan secara terbuka," ujar Netanyahu dalam pertemuan tahunan Asosiasi Jurnalis Tel Aviv.

"Para pemimpin sebaiknya siap untuk menyampaikan yang sebenarnya pada rakyat mereka," tandas Netanyahu.

Menurut informasi yang dibocorkan WikiLeaks, selain Saudi, para pejabat di Yordania dan Bahrain juga telah mendesak agar program nuklir Iran dihentikan dengan cara apapun. Kekhatiran akan program nuklir Iran juga disampaikan para pemimpin Uni Emirat Arab dan Mesir.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Untuk Kalahkan Hamas, Israel Konsultasi ke Fatah dan Mesir

Wikileaks Sebut China Siap Tinggalkan Korea Utara